Selamat Datang Di PORTAL NETWORK, News, Sport, LifeStyle, Techno dan Berita - berita terkini lainnya.. Kritik dan saran silahkan klik Contack Us.. Terima Kasih..

Memburu Teroris

Selasa, 11 Agustus 2009 21:26 WIB

Setelah melakukan pemeriksaan DNA selama empat hari, polisi hari Rabu akan mengumumkan siapa pelaku teror yang berhasil dilumpuhkan dalam penyergapan di Temanggung, Jawa Tengah, hari Jumat pekan lalu.

Sejauh ini spekulasi yang muncul, orang itu adalah gembong teroris yang paling dicari-cari yakni Noordin M. Top. Namun harapan itu tampaknya belum bisa terpenuhi. Pelaku teror yang berhasil dilumpuhkan pasukan Detasemen Khusus 88 Polri kemungkinan besar bukan teroris asal Malaysia tersebut.

Lagi-lagi Noordin bisa lepas dari penyergapan aparat kepolisian. Seperti ketika di Wonosobo, ia bisa lolos meski sudah terus dipantau pergerakannya oleh anggota Densus 88. Padahal polisi sempat mencium posisi Noordin ketika ia mempersiapkan teror bom di JW Marriot dan Ritz-Carlton tanggal 17 Juli dan ketika ia berada di Jati Asih, Bekasi untuk melakukan aksi teror pada bulan Agustus ini.

Kita tentunya pantas kecewa bahwa pelaku teror yang sangat berbahaya ini masih lepas dari sergapan polisi. Artinya, potensi ancaman yang akan ia lakukan masihlah besar. Namun kita tidak perlu berkecil hati. Yang diperlukan sekarang adalah terus memperkuat barisan dan membangun kesadaran bersama bahwa musuh besar itu masih ada di sekitar kita.


Penjelasan yang disampaikan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso bahwa TNI akan menghidupkan kembali desk antiteror dan akan bekerja sama dengan polisi yang berada di garda terdepan semakin membesarkan hati kita. Terorisme adalah ancaman terhadap negara dan karena itu semua kekuatan negara harus dikerahkan untuk memeranginya.

Belum tertangkapnya Noordin oleh anggota Densus 88 bukanlah sebuah kegagalan. Kita tidak perlu menyalahkan pasukan Densus 88, apalagi menghakimi bahwa mereka tidak mampu. Kita justru harus terus mendorong dan memberi semangat kepada pasukan antiteror kita itu untuk semakin meningkatkan operasi dan segera membekuk otak aksi teror yang mengganggu ketenteraman kita bersama sejak tahun 2002.

Kalau kita tangkap perasaan batin yang ada di masyarakat, terasa kemuakan terhadap para pelaku teror. Apalagi ketika dalam aksinya di Mega Kuningan, 17 Juli lalu, mereka melibatkan anak yang masih muda belia untuk menjadi pelaku bom bunuh diri.

Pelibatan anak-anak muda belia tidak bisa kita tolelir. Kita pasti akan semakin trenyuh melihat bagaimana orangtua dari anak-anak muda belia itu harus kehilangan anak-anak yang mereka cintai. Anak-anak yang seharusnya menjadi harapan keluarga dengan masa depannya yang lebih cerah, namun tiba-tiba punah.

Orangtua mana yang tidak akan marah kalau anak yang sangat diharapkan tumbuh dewasa, bisa diindotrinasikan dengan pemikiran-pemikiran yang menyesatkan. Anak yang asalnya baik-baik, bisa berubah menjadi pembunuh kejam dan bahkan mau mengorbankan dirinya untuk sebuah tujuan yang tidak masuk diakal.

Terungkapnya pelibatan anak-anak muda belia dalam aksi terorisme semakin membukakan mata kita bahwa upaya pencegahan berkembangnya aksi itu tidak cukup melalui pendekatan keamanan. Yang perlu kita lakukan bersama adalah juga penyadaran melalui jalur pendidikan baik itu formal maupun informal.

Peran pemuka agama tidak kalah pentingnya di samping tenaga pendidikan di sekolah. Para pemuka agama apa pun dituntut untuk mengajarkan ilmu keagamaan yang benar, yang menghormati hubungan di antara sesama manusia, tidak kalah pentingnya di bandingkan hubungan antara manusia dan Sang Maha Pencipta.

Sungguh sangat ironis apabila agama yang seharusnya mengajarkan kita untuk menghormati semua ciptaan-Nya, justru gagal untuk mengajarkan kehidupan yang benar. Di sinilah tugas dari para pemuka agama untuk mengembalikan peran agama ke jalan yang sebenarnya melalui pencerahan kepada umatnya.

Pengumuman polisi berkaitan dengan aksi teror yang terakhir ini harus kita terima apa pun hasilnya. Sepahit apa pun hasilnya, itu sebuah kenyataan yang harus kita terima bersama.

Kita tidak perlu lalu larut dalam polemik berkepanjangan. Ini justru harus kita jadikan momentum untuk bangkit dan menyatukan seluruh kekuatan untuk melawan aksi terorisme.

Dengan kebersamaan yang kita bangun niscaya tidak ada yang tidak mungkin bisa kita lakukan. Aparat kepolisian sangat mengharapkan adanya peran aktif dari seluruh masyarakat untuk bisa memerangi terorisme.

Sejauh ini kita tangkap bahwa masyarakat pun siap untuk membantu. Mereka pun mempunyai ketajaman untuk bisa mengenali para pelaku teror. Hanya saja setelah begitu lama kita tidak mengasah kewaspadaan dan tidak mempraktikkan peran aktif dalam menjaga keamanan wilayah itu, masyarakat
tidak tahu bagaimana menjalankan perannya itu.

Pembangunan kesadaran bersama itulah yang harus kita hidupkan kembali. Masyarakat merupakan ujung tombak untuk menciptakan keamanan dan ketenteraman. Bersama polisi, masyarakat mempunyai landasan hukum yang kuat untuk menciptakan kehidupan yang lebih aman dan tenteram.

Add to Google Reader or Homepage


 

RSS Atom